Sekarang banyak perusahaan yang melek web 2.0. Malah, mereka berlomba-lomba membentuk apapun yang bisa dijual dengan mengendarai mobil baru ini. Banyak perusahaan yang menyangka ini akan menjadi insight baru sebagai cara ampuh memarketingkan produk mereka dengan power viral marketing. Saking terpengaruhnya dengan tren ini, segala macam cara dan channel web 2.0 dimasuki. Kebanyakan tanpa pemikiran dan perencanaan yang matang.
Lalu, apakah ini salah satu yang disebut ikut-ikutan? Mungkin bisa jadi iya, karena memang hampir semua perusahaan besar di Indonesia mulai aware akan keberadaan barang baru ini. Tapi apakah ini akan berhasil mendongkrak penjualan produk mereka? Ini yang akan kita bahas sekarang.
Ambil kasus LA Light. Setelah mengikuti seminar mereka, si pencanang atau master of plan web 2.0 LA Light Daniel S Tumiwa menyatakan sampai hari itu (ketika saya menanyakan signifikansi project web 2.0 nya dengan pertumbuhan penjualan produk rokok LA Light) tidak bisa mengakui bahwa setelah ada account facebook dan website komunitas LA Light, penjualan rokok LA Light serta merta naik. Tugasnya di project ini hanya memastikan bahwa ada komunitas khusus yang mewadahi pengguna LA Light sekaligus calonnya sehingga brand advokasi (tentunya juga awareness-nya) tetap dekat dan menjadi teman keseharian mereka. Memanusiakan produknya menjadi berbicara lebih akrab itulah yang menjadi goal LA Light.
Kenapa memanusiakan produk itu penting? Itu ada penelitiannya. Menurut penelitian Microsoft Advertising 2003, produk yang menjadi pertimbangan untuk dibeli adalah produk yang brand-nya mampu :
- meningkatkan pengetahuan konsumen
- menghibur konsumen
- secara kontinyu memberikan informasi-informasi baru tentang produk
- menjadi teman kerutinitasan sehari-hari konsumen
- menghubungkan mereka dengan orang-orang yang sehati dengan lifestyle dan sifat mereka
Kelima stage ini yang dilakukan Daniel S Tumiwa dengan tim kecilnya mendobrak gaya advertising lama perusahaan Djarum. Dan menurut Daniel, ini adalah project long-term, karena harus bisa menembus kepercayaan konsumen kalau benar LA Light bisa menjadi lebih dari sekedar produk. Dan mendapatkan kepercayaan itu bukan hal yang instan. Jadi secara singkat, website komunitas tentunya tidak dianjurkan untuk menjadi alat sales yang ada langsung menghasilkan uang. Karena jika ini terjadi, bumerang kepercayaan yang akan jadi resikonya.
Jangan gelap mata ketika melihat kesilauan tawaran yang menggugah dari web 2.0. Karena tanpa perencanaan strategi komunikasi yang matang, dan kesiapan dalam crisis communication management yang tepat, project web 2.0 tidak akan menjadi ladang emas buat mendukung kenaikan penjualan produk Anda. Dan sekali lagi, ini bukan jangka pendek. Jadi lupakan saja project web 2.0 jika Anda ingin langsung mendapatkan hasil konkret.
Posted by Afril Wibisono