Percaya atau tidak, baru-baru ini saya menyadari ternyata masih ada beberapa kolega saya yang tidak mengerti benar-benar apa itu strategi, entah itu strategi PR atau strategi marketing. Mereka menduduki posisi manajemen, tapi ketika disuruh membuat strategi marketing yang mereka jabarkan bukan sepenuhnya strategi tapi hanya aktivitas-aktivitas yang mereka buat dalam timetable selama satu tahun. Lalu apa yang salah?
Oke, kita mulai dari definisi strategi. Apa sih strategi? Atau kalau misalnya saya balik, tanpa strategi apa jadinya? Jika marketing tanpa strategi misalnya, maka akan dipastikan seluruh aktivitas marketing diisi dengan apa yang sedang kita inginkan, atau yang sedang bos kita inginkan, atau terjadi reaktif-reaktif dadakan yang mewarnai setiap aktivitas marketing. Jadinya, semuanya kelihatan instan, tidak terpikirkan sebelumnya, wasting, dan tidak terintegrasi satu sama lain. Pernah merasakan? Kalau pernah, berarti Anda masih seperti kolega-kolega saya itu. 🙂
Strategi adalah perencanaan sadar yang memiliki tujuan jelas. Biasanya paling pendek, dibuat untuk satu tahun. Dengan strategi, kita punya TEMPLATE jalan atau cara yang mendetail untuk tujuan yang jelas dan sudah disepakati bersama. Dengan strategi, kita bisa tau pola apa yang kita pakai untuk mencapai tujuan. Dengan strategi yang dibangun, perspektif kita sebagai bagian yang akan menjalankan strategi juga menjadi jelas dalam memandang dunia luar yang akan bereaksi dengan rancangan strategi kita. Jadi sudah dibayangkan jauh-jauh hari, kalau strategi saya begini keuntungannya apa, kerugiannya bagaimana, reaksinya seperti apa.
Dalam menyusun strategi, kita perlu melihat situasi dulu, atau sering disebut SITUATION ANALYSIS. Di sini, manager akan melakukan cross check informasi tentang produk atau brand atau perusahaan yang dibidaninya, seperti misalnya berapa persen pertumbuhannya tahun lalu, apa saja infrastruktur yang dimiliki, apa kekuatannya, bagaimana kompetitornya, apa saja inovasi produknya, peraturan pemerintah sekarang mendukung tidak, dan lain sebagainya. Situation analysis ini baiknya kita bagi menurut cara SWOT ANALYSIS.
Setelah analysis, baru kita tentukan apa objektivitas nya. Apa sih objektivitas? Objektivitas adalah tujuan yang jelas dan kapan hendak dicapai. Misalnya, menambah pertumbuhan signifikan sebesar 30% sampai dengan akhir tahun 2011. Atau contoh lain, memperkuat eksistensi pasca sales service dengan 100 outlet servis di Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bandung per akhir tahun.
Nah bagaimana cara mencapainya? Itu yang dinamakan strategi. Strategi pertama untuk objektivitas pertama adalah memfokuskan penjualan produk kelas atas, membuka jaringan distribusi baru, membuat promotion tool key message, gambar dan desain yang persuasive, dan menambah jajaran sales force yang cepat, tanggap dan smart. Sementara untuk objektivitas kedua, strateginya adalah menentukan area pasar yang tepat, pengembangan sumber daya manusia dan infraksuktur dan memastikan semua promotion tool terlihat clear dan sesuai dengan brand perusahaan.
Sekarang kita sudah punya strategi. Tinggal bagaimana nih cara menerapkannya. Itu yang dinamakan taktik. Taktik adalah cara atau jalan mengaplikasikan strategi menjadi nyata. Oke, strategi memfokuskan penjualan produk kelas atas akan melahirkan taktik-taktik yang menurut saya akan terbaik jika diaplikasikan diantaranya sebagai berikut; saya akan melakukan range product lebih rinci dan memisahkan mereka yang masuk dalam kategori hi class product; saya juga akan membuat product knowledge produk hi class lebih komprehensif dibanding lainnya, misalnya booklet nya lebih tebal, lebih ekslusif dan lain sebagainya, POP-nya kreatif, displaynya ter-ekspos dan lain sebagainya; saya juga akan menggunakan program clearance sale di akhir tahun; belum lagi dengan compliment untuk setiap pembeli yakni mendapatkan majalah gratis dari partner brand saya selama 12 bulan.
Objektivitas sudah, strategi sudah, taktik sudah. Oke tinggal menentukan budget. Hal yang paling jelimet dibanding stage-stage sebelumnya. Tapi sebenarnya tidak terlalu masalah, karena budget bisa kita cross check dari budget tahun lalu yang ditambahkan persentase inflasi untuk tahun ini. Atau jika program atau taktiknya baru, kita bisa cross check ke bagian purchasing perusahaan, atau agensi-agensi yang mengadakan event yang sama. Semua bisa dilakukan kok, yang penting usaha. Kalau budget beres, tinggal tentukan timetable strategi anda. Maunya kapan akan sangat penting ditentukan ketika membuat strategi sehingga mudah terealisasi. Kan harus SMART .. (Specific Measurable Attainable Realistic Timely) 🙂
Sekarang bagaimana? Sudah mulai terbayang? Strategi inilah yang bisa membuat kita para manager tetap berada di jalan yang benar selama periode tertentu. Strategi yang kuat juga bisa menjadi alat penggusur buat orang-orang yang tiba-tiba muncul dengan program dadakan yang sering tidak relevansi dengan strategi yang ada dan jauh-jauh disusun dan diaplikasikan.
Selamat berstrategi! 🙂
Posted by Afril Wibisono
Nice post Bu..Salam kenal..